Langsung ke konten utama

tentang istiqomah

istiqomah itu sangat sulit sekali.Apalagi bagi anak muda sekarang.


istiqomah dan Konsistensi dalam Beramal

Istiqâmah adalah berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser,


A. Definisi
Istiqâmah adalah berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata Istiqâmah dari kata “qaama” yang berarti berdiri. Maka secara etimologi, Istiqâmah berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Istiqâmah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.

Secara terminologi, Istiqomah bisa diartikan dengan beberapa pengertian
berikut ini;


1. Abu Bakar As-Shiddiq ra ketika ditanya tentang Istiqâmah ia menjawab bahwa Istiqâmah adalah kemurnian tauhid (tidak boleh menyekutukan Allah dengan apa dan siapa pun).
2. Umar bin Khattab ra berkata, “Istiqâmah adalah komitmen terhadap perintah dan larangan dan tidak boleh menipu”.
3. Utsman bin Affan ra berkata, “Istiqâmah adalah mengikhlaskan amal kepada Allah Taala”.
4. Ali bin Abu Thalib ra berkata, “Istiqâmah adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban”.
5. Mujahid berkata, “Istiqâmah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid sampai bertemu dengan Allah Taala”.
6. Ibnu Taimiyah berkata, “Mereka berIstiqâmah dalam mencintai dan beribadah kepada-Nya tanpa menoleh kiri kanan”.



Jadi muslim yang berIstiqâmah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan akidahnya dalam situasi dan kondisi apapun. Ia bak batu karang yang tegar menghadapi gempuran ombak-ombak yang datang silih berganti. Ia tidak mudah loyo dalam menjalankan perintah agama. Ia senantiasa sabar dalam menghadapi seluruh godaan. Itulah manusia muslim
yang sesungguhnya, selalu Istiqâmah dalam sepanjang jalan.

B. Bentuk-bentuk Istiqâmah

1.Istiqâmah dalam Aqidah
“dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa”. (QS Al-An’am: 153).

2. Istiqâmah dalam Syar’iah
“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”.(QS Al-Jaatsiyah: 18)

3. Istiqâmah dalam Perjuangan
“Maka boleh jadi kamu hendak meniggalkan sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya dadamu, karea khawatir bahwa mereka akan mengatakan: mengapa tidak diturunkan kepadanya perbendaharaan (kekayaan)atau datnag bersama-sama dengan dia seorang malaikat? Sesungguhnya kamuhanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu”(QS Huud: 12).

C. Dalil-Dalil Dan Dasar Istiqâmah

Dalam Alquran dan Sunnah Rasulullah saw banyak sekali ayat dan hadits yang berkaitan dengan masalah Istiqâmah di antaranya adalah;
“Maka tetaplah (Istiqâmahlah) kamu pada jalan yang benar,sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS 11:112).

Ayat ini mengisyaratkan kepada kita bahwa Rasulullah dan orang-orang yang bertaubat bersamanya harus beristiqomah sebagaimana yang telah diperintahkan.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap Istiqâmah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan" (QS 46:13-14).

Ayat dan hadits di atas menggambarkan urgensi Istiqâmah setelah beriman
dan pahala besar yang dijanjikan Allah SWT seperti hilangnya rasa takut, sirnanya kesedihan dan surga bagi hamba-hamba Allah yang senantiasa memperjuangkan nilai-nilai keimanan dalam setiap kondisi atau situasi apapun. Hal ini juga dikuatkan beberapa hadits nabi di bawah ini;

“Aku berkata, “Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku satu perkataan dalam Islam yang aku tidak akan bertanya kepada seorang pun selain engkau. Beliau bersabda, “Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah, kemudian berIstiqâmahlah (jangan menyimpang).” (HR Muslim dari Sufyan bin Abdullah)

D. Faktor-Faktor Yang Melahirkan Istiqâmah

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (691 - 751 H) dalam kitabnya “Madaarijus Salikiin” menjelaskan bahwa ada enam faktor yang mampu melahirkan istiqomah dalam jiwa seseorang sebagaimana berikut;

1.Beramal dan melakukan optimalisasi
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong” (QS 22:78).

2. Berlaku moderat antara tindakan melampui batas dan menyia-nyiakan
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian” (QS 25:67).

Dari Abdullah bin Amru, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Setiap amal memiliki puncaknya dan setiap puncak pasti mengalami kefuturan (keloyoan). Maka barang siapa yang pada masa futurnya (kembali) kepada sunnahku, maka ia beruntung dan barang siapa yang pada masa futurnya (kembali) kepada selain itu, maka berarti ia telah celaka”(HR Imam Ahmad dari sahabat Anshar)

3. Tidak melampui batas yang telah digariskan ilmu pengetahuannya
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawaban” (QS 17:36).

4. Tidak menyandarkan pada faktor kontemporal, melainkan bersandar pada sesuatu yang jelas.

5. Ikhlas
“Padahal mereka tidak disuruh, melainkan supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS 98:5).

6. Mengikuti Sunnah
“Telah aku tinggalkan bagi kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selamanya selagi berpegang tegung dengannya yaitu Al-Qur’an dan sunnah
para nabinya”(HR Imam Malik dalam Muatta’).

E. Dampak Positif Istiqomah
Manusia muslim yang beristiqomah dan yang selalu berkomitmen dengan nilai-nilai kebenaran Islam dalam seluruh aspek hidupnya akan merasakan dampaknya yang positif sepanjang hidupnya. Adapun dampak positif istiqomah
sebagai berikut;

1. Keberanian (Syaja’ah)
Muslim yang selalu istiqomah dalam hidupnya ia akan memiliki keberanian yang luar biasa. Ia tidak akan gentar menghadapi segala rintangan dalam kehidupanya. Ia tidak akan pernah menjadi seorang pengecut dan pengkhianat dalam hutan belantara perjuangan. Selain itu juga berbeda dengan orang yang di dalam hatinya ada penyakit nifaq yang senantiasa menimbulkan kegamangan dalam melangkah dan kekuatiran serta ketakutan dalam menghadapi rintangan-rintangan. Perhatikan firman Allah Taala dalam surat Al-Maidah
ayat 52 di bawah ini;

“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya(orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani),seraya berkata, “Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.”

2. Ithmi’nan (ketenangan)
Keimanan seorang muslim yang telah sampai pada tangga kesempurnaan akan melahirkan tsabat dan istiqomah dalam medan perjuangan. Tsabat dan Istiqomah sendiri akan melahirkan ketenangan, kedamaian dan kebahagian.

Meskipun ia melalui rintangan yang panjang, melewati jalan terjal kehidupan dan menapak tilas lika-liku belantara hutan perjuangan. Karena ia yakin bahwa inilah jalan yang pernah ditempuh oleh hamba-hamba Allah yang agung yaitu para Nabi, Rasul, generasi terbaik setelahnya dan generasi yang bertekad membawa obor estafet dakwahnya.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram” (QS 13:28).

3. Tafa’ul (optimis)
KeIstiqâmahan yang dimiliki seorang muslim juga melahirkan sikap optimis. Ia jauh dari sikap pesimis dalam menjalani dan mengarungi lautan kehidupan. Ia senantiasa tidak pernah merasa lelah dan gelisah yang akhirnya melahirkan frustasi dalam menjalani kehidupannya. Keloyoan yang mencoba mengusik jiwa, kegalauan yang ingin mencabik jiwa mutmainnahnya dan kegelisahan yang menghantui benaknya akan terobati dengan keyakinannya kepada kehendak dan putusan-putusan ilahiah. Hal ini sebagaimana yang diisyaratkan oleh beberapa ayat di bawah ini;

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kamimenciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagiAllah.(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembiraterhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiaporang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS 57:22-23)

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir" (QS12:87).

Ibrahim berkata, “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat" (QS 15:56).

Maka dengan tiga buah Istiqâmah ini, seorang muslim akan selalu mendapatkan kemenangan dan merasakan kebahagiaan, baik yang ada di dunia maupun yang dijanjikan nanti di akherat kelak. Perhatikan ayat di bawah ini;

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS 41:30-32).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cianjur moment [Gunung padang dan stasiun lambegan ]

Sekedar hanya ingin mendokumentasikan saja tentang Gunung Padang. Apa itu gunung padang... kalau kata mas "wiki" sih seperti ini : Situs Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Tepatnya berada di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur.Lokasi dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan kota kecamatan WarungKondang, dijalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Luas kompleks "bangunan" kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara. ya itulahhh Gunung padang. Bagaimana ceritanya aku ke tempat ini adalah sebagai berikut (biar keliatan resmi ) hahahhaa... saat ituu sedang jenuh - jenuh nya kerjaan di kantor dan tiba - tiba ada hangout dari ikaaaa yang ngajakkk jalan - jalan ke cianjurrrr ..tanpa pikir panjang pun aku langsung me

IMPIANKU

  Inilah impianku sejak aq di SMA.... Aq ingin sekali ke australia.... entah kenapa.... negara ini yang aq sebut ketika aq ditanya...negara mana yang ingin aq tuju.... Aq dulu punya cita- cita ingin menjadi duta besar untuk Indonesia Di Australia.... dan sekarang pun aq masih mengharapkannya......dan aq yakin aq pasti bisa..... Aq akan berusaha meraih mimpi ini dan tentu dengan Ridho-Nya.... dan rencana aq, aq ke negera ini 5 tahun lagi.... Allah pasti memberi jalan pada mimpi hamba-Nya...jika mimpi itu baik bagi Hamba-Nya.......

MAAF KAN AKU SAHABAT

Sahabat atas lisan dengan kata terucap tak tau diri atas perbuatan yang terlampaui itu semua akibat ego diriku yang tak terkendali sahabat maafkanlah semua yang sudah terjadi itu walaupun kata maaf tak mampu menebus semua itu tapi izinkan aku untuk memintanya lagi sahabat aku pun hanya diri yang masih sangat hina masih belajar untuk mencari Ridha-Nya tapi kekhilafan dan keegoan diri ini sering tak terkendali sahabat aku pun ingin dibantu untuk memperbaiki diri ini ingatkan aku ketika lalai ingatkan aku ketika aku egois sahabat aku tau kesalahan aku bahkan tak termaafkan aku tau aku berbeda aku tau aku telah lalai siapa diriku sahabat ajari aku untuk tegar ajari aku tentang kehidupan ajari aku untuk kuat sahabat jangan biarkan diriku terlena semua ada waktunya dan aku tak seburuk yang engkau kira sahabat Allah mempunyai segala KUASA di dunia ini aku pun yakin kita mempunyai jalan masing - masing semoga engkau selalu dalam jalan-NYA hingga akhir